CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 23 Juni 2012

RESUME WEBINAR PERDANA “MERAIH MIMPI MENATA MASA DEPAN” (


Bismillahirrahmanirrahiim….
Apa kabar bunda-bunda..pasti sudah pada nunggu-nunggu  niy resume webinar perdana nya bu Septi Peni Wulandani.. ^_^ baiklah sebelum saya cerita dulu yaaa…saat mencoba membuat catatan ini, berbagai kendala datang menghampiri saya..mulai dari download yang tidak mau keinstall, lalu menyusul coretan catatan saya yang huruf-hurufnya begitu indah, saking indahnya hingga tidak terbaca :D  karena sudah lamaaaa sekali rasanya saya tidak menggunakan tangan saya untuk menulis..(hee..ketahuan….) dan juga sudah lama tidak membagikannya pada orang lain. jadi mohon maklum ya jika tulisannya terlalu panjang dan melelahkan mata...balik lagi ke masalah tulisan saya..akhirnya ya saya anggap saja sebagai suatu tantangan untuk membaca tulisan tangan saya sendiri mesti harus memicingkan mata dan mengira-ngira apa sih tulisan didepan saya ini…(waduh…:D) dan ternyata..saya menyukainya ^_^..kenapa?
Pertama, meski harus mencatat suatu paparan yang begitu  panjaaaaang waktunya bagi saya ..---sekedar catatan yaa..webinar ini dimulai dari pukul 08.00 malam sd.pukul 09.30 malam--….ho ho….lumayan lama kan..apalagi bagi ibu-ibu macam saya..--- tapi waktu yang lama subhanallah tidak berasa saat narasumber mulai berbagi kisah kehidupan beliau bersama keluarga dalam meraih mimpi-mimpinya..dan aha…saya tahu alasannya karena  narasumber  memang sudah membuat saya jatuh hati sejak muncul di majalah tarbawi (tahunnya saya lupa) dan tabloid nakita pada tahun 2007 lalu pernah juga saya lihat sepintas di tabloid nova tahun 2007…lalu sayangnya saya mulai kehilangan berita tentang beliau, karena era tahun itu saya belum punya computer, belum ada facebook atau apapun jenis jaring social media lainnya yang bisa mencari informasi apa saja dengan waktu yang cepat. alhasil informasi beliau hilang ditelan masa….T_T
Setelah tahu profil beliau, sungguh membuat saya sangat antusias untuk mengenal lebih jauh tentang beliau dan akhirnya saya bergabung dengan IIP alias Institut Ibu Profesional tahun ini…lalu tanpa ada paksaan dari siapapun saya tergerak untuk menulis resume  ini dan membaginya kepada teman2 yang lain….
Kedua,tantangan berikutnya adalah kendala teknis saat webinar perdana berlangsung…mungkin teman-teman yang lain juga mengalami,saat slide berputar lumayan cepat dan saya belum keburu mencatat..lalu suara narasumber yang terdengar seperti bertumpuk-tumpuk saat memaparkan kronologis sejarah Institut Ibu Profesional..bahkan sempat gambar berhenti..lalu suara hilang beberapa waktu lamanya meski akhirnya bergerak dan terdengar lagi.. hal ini tadinya cukup membuat saya terganggu mengikuti jalannya perkuliahan tanpa melihat dan mendengar sekaligus (karena saya memiliki gaya belajar visual)..tapi dengan setia saya tetap bertahan..alhamdulillah akhirnya sampai kuliah webinar berakhir,saya masih berkesempatan untuk bertanya dan menyimak jawaban-jawaban bu septi yang menurut saya sangat penting..yes…saya masih ingat … saat sesi bertanya dibuka ..meluncurlah pertanyaaan-pertanyaan dari peserta webinar dengan menulisnya di fasilitas chat yang disediakan,meski termasuk baru dan pertama kali menggunakan fasilitas ini, para bunda termasuk saya tentu saja tidak mau ketinggalan dan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya…dengan meminimalisir gangguan-gangguan  tadi saya pun bertahan dan berhasil mengikuti kuliah webinar perdana ini sampai menit-menit terakhir…horeee..ups…alhamdulillah ^_^
Cukup sepertinya ya lika liku pembuatan resume ini dari saya,sekarang kita mulai inti sari dari resume webinarnya aja...cekidot..^_^

MERAIH MIMPI MENATA MASA DEPAN

Tentang MIMPI dan CITA-CITA
Poin penting yang saya dapat dalam webinar perdana kali ini adalah semua yang telah dicapai oleh orang-orang sukses selama ini adalah di mulai dari bermimpi…^_^
Masa sih, iya…di webinar kemarin kita dapat melihat betapa indahnya orang yang  mampu bermimpi dan sukses membangun mimpinya  bersama keluarga seperti keluarga ibu Septi Peni Wulandani yang berhasil mendidik dan membangun mimpi anak-anaknya diusia muda.Menurut penjelasan beliau,rata-rata anak-anaknya memulai membangun mimpi nya pada usia kelas 4 sd untuk enes dan ara.lebih muda lagi untuk elan,elan membangun mimpinya sejak ia memasuki usia kelas 1 sd. Putra putrinya tersebut saat ini sudah menikmati buah yang manis dari hasil jerih payah kerjasama sang ibu dan disiplin diri mereka sendiri untuk berjuang membangun mimpi mereka dan mewujudkannya dengan penuh keyakinan bersama-sama meski menghadapi berbagai suka duka dalam proses perjalanan kearah sana.
Setiap masalahpun dijadikan tantangan oleh keluarga ini hingga mereka berfikir bukan hal yang mustahil bila mampu menekuni dan mendedikasikan diri mereka 4 jam sehari saja mimpi yang mereka ingin capai maka kesempatan untuk meraih mimpi akan terbuka. Karena jujur saja memang kesempatan untuk bermimpi di jaman sekarang cukup memprihatinkan. Bahkan sering kita menjalani kehidupan tanpa mimpi,mengalir apa adanya.untuk makan saja susah,ini kok disuruh mimpi segala..padahal bermimpi itu gratis loh…alias ga bayar..tapi tetap saja banyak yang dilemma jika ditanya tentang mimpi..karena belum biasa, belum terlatih untuk bermimpi dan masih terbata-bata, tidak punya tujuan yang jelas, serta seringnya tidak terarah. Dilain pihak ada juga yang sudah punya mimpi tapi tidak tahu bagaimana cara mewujudkan mimpi-mimpinya tadi agar menjadi kenyataan, bukan?
Sebelum lebih jauh,mungkin ada baiknya kita menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang makna mimpi yaa. Mimpi adalah keinginan,kehendak,atau yang lebih kuat lagi adalah ambisi dan obsesi yang ingin diraih oleh seseorang untuk dijadikan pelecut dirinya di kemudian hari dalam rangka mencapai mimpinya itu dimasa depan. Mimpi adalah cita-cita yang diberi tanggal, maksudnya  mimpi mempunyai tenggat waktu dalam rangka menuju atau mewujudkannya satu demi satu. Karena mempunyai tenggat waktu inilah orang menjadi fokus,terarah,tekun dan semangat untuk dapat meraih impiannya. Mimpi biasanya mempunyai gambaran (visual) dalam benak/imajinasi  orang yang ingin mewujudkannya, sementara cita-cita tidak. Jadi,ayo deh kita mulai bermimpi, DREAM IT:D
Bila anda masih bingung apa saja mimpi kita sebenarnya, nah, di webinar inilah diberikan pengetahuan tentang hal ini. harap bersabar ya teman-teman tercinta..karena dibagian kedua nanti saya insyaAllah akan menjelaskan lebih detail  tentang penjabaran hal ini, termasuk mengapa kita harus bermimpi, dan (bagian paling menarik dari webinar perdana ini adalah )bagaimana cara bermimpi atau membuat mimpi,serta bagaimana cara menumbuhkan mimpi bersama-sama keluarga untuk menata masa depan yang lebih baik.(tapi itu nanti yaa di tulisan bagian kedua,insyaAllah). Nah, Dibagian pertama ini kita fokus pada mimpi Narasumber kita serta kronologis berdirinya IIP (Institut Ibu Profesional). Semoga saya benar ya dalam menangkap isi pesan bu Septi…Mohon maaf jika ada kesalahan dan mohon dikoreksi jika ada yang perlu dibenarkan, dan disunting (diedit).

Bermimpi menjadi ibu rumah tangga professional ala Septi Peni Wulandani
Berawal dari mimpi untuk menjadi ibu rumah tangga professional  kisah ini berawal. Bu Septi Peni Wulandani memaparkan bagaimana beliau dilanda dilema saat harus segera menentukan pilihan antara menjadi pns atau menjadi ibu rumah tangga biasa (?). Keputusan ini dirasakan sulit,karena SK PNS sudah keluar dan beliau bisa saja menuruti  gengsi dan lebih memilih menjadi pns dibandingkan menjadi perempuan rumahan yang tidak punya penghasilan. Namun, godaan menggiurkan itu berhasil beliau lalui, setelah menimbang,istikhoroh dan menerima masukan dari suami, beliau mulai mantap menentukan pilihannya. Seperti yang sering dituturkannya dalam setiap kesempatan bahwa setiap perempuan itu baktinya adalah kepada keluarga terutama kepada suaminya dan suami beliau telah meminta dengan sangat agar anak-anak sepenuhnya berada dibawah pendidikan dan pengasuhan bu Septi. Matanya pun terbuka bahwa inilah profesiku sesungguhnya,mendampingi suami dan mendidik anak-anak. Jika ia ngotot menjadi seorang karyawan berarti ia hanya memberikan LPJ (laporan Pertanggung Jawaban) kepada atasan (manusia) tetapi jika menjadi Ibu Rumah Tangga, LPJnya  langsung kepada Allah SWT (penciptanya manusia). Subhanallah….^_^
Sejak memutuskan pilihan diatas, bu septi mulai beraktivitas seperti ibu rumah tangga lainnya .o..o..maka mulai terbersit dalam benaknya betapa banyak orang yang tidak mau menjadi ibu rumah tangga karena pekerjaan yang dilakukan sangat banyak, tidak ada kata libur,melelahkan,melenakan sekaligus membuat lalai jika tidak punya landasan dan arah yang benar bagaimana seharusnya profesi seorang ibu rumah tangga yang sesungguhnya itu. Ditambah lagi pandangan luas masyarakat tentang betapa remeh temehnya profesi ibu rumah tangga yang biasanya sangat subyektif (karena tidak menghasilkan),agak miring(baca:biasa aja), skeptis, cenderung melecehkan dan menganggap rendah (sebelah mata),terlebih jika ada seorang perempuan yang rela melepaskan pekerjaannya yang sudah mapan demi  menjadi seorang ibu rumah tangga setelah ia menikah atau memiliki bayi.

Sebenarnya apa siiiih..yang salah dengan menjadi ibu rumah tangga???
Sejatinya perempuan yang sudah merasakan menjadi istri dan ratu rumah tangga--tanpa ada profesi lainnya--akan tahu dengan pasti,bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga tidaklah mudah…harus pandai mengurus rumah (termasuk didalamnya memasak,belanja,memikirkan menu bervariasi yang  harus dimasak setiap hari,mencuci,menyetrika,menjemur,mengepel,menyapu,membersihkan kamar mandi,membuang sampah,dll),juga termasuk mengurus keperluan suami,mengatur waktu,mengelola dan mengatur anggaran belanja/keuangan dengan baik,dll..huff…banyak bukan?
Belum ditambah bila mereka sudah punya buah hati alias anak, akan bertambah pula pekerjaan seorang ibu rumah tangga diantaranya wajib menyusui mereka hingga anak usia 2 tahun,belum termasuk membersihkan pee dan pupnya siang dan malam, apalagi bila menangani anak sakit, bagaimana pertolongan pertama untuk anak, apa saja obat yang harus tersedia setiap saat dirumah agar mudah menjangkaunya jika terjadi hal demikian, lalu saat anak bertambah usia makin banyak tugas ibu rumah tangga itu karena keberadaannya dirumah lebih banyak dibanding seorang ayah.Maka setiap hari ia diharuskan untuk belajar dari sumber belajar yang lain, entah dari buku bacaan parenting, dari mbah google, bahkan ia belajar trial dan eror dari pengalaman dirinya sendiri atau pengalaman ibu-ibu lain.
Seorang ibu rumah tangga menghadapi rutinitas yang sama setiap harinya dengan masalah yang beraneka ragam bentuknya dan biasanya berulang-ulang hingga menjenuhkan bila tiada keikhlasan yaitu mulai bangun pagi, shalat, memasak air,membeli sayuran, membuatkan sarapan, membuatkan bekal sekolah anak, membangunkan anak, memandikan, memakaikan baju, mengantarnya sekolah, jika anak pergi kesekolah, ibu tidak lantas ongkang ongkang kaki, karena masih ada pekerjaan menunggu, diantaranya mencuci piring, memasak nasi, mengolah makanan untuk makan siang/sore,memanaskan nasi, menyapu,mengepel ,lalu berlanjut jemput anak sekolah, shalat dzuhur bersama, menyuapi anak, menidurkan anak, sorenya mandikan anak,memotivasi anak  mengulang pelajaran disekolah,shalat ashar bersama, mengajarkan pelajaran membaca, matematika, mengaji, sopan santun, shalat maghrib bersama dll......beruntung jika ada pembagian kerja dengan pasangan sehingga ibu bisa beristirahat sejenak atau ringan beban rumah tangganya..tapi jika tidak ? ini bisa berakibat hampir tidak ada waktu untuk diri sendiri.hingga stress bisa menyergap, pelampiasan bisa ke orang-orang terdekat termasuk anak. tentu kita tidak ingin mengalaminya bukan?
Sesuai fitrahnya, semua ibu setuju bahwa faktor terpenting peran seorang ibu memang di bagian pengasuhan (merawat, membesarkan dan mendidik buah hati) sampai mereka mandiri dan mampu dilepas pada saatnya nanti. Oleh karena itu sebaiknya anak-anak sedari dini sangat perlu dibekali dan diberikan bimbingan atau latihan dari ayah dan ibu mereka hingga mampu menjadi anak yang mandiri dan membanggakan. Contohnya dengan mampu membuat aturan dan kesepakatan bersama anak-anak  di rumah dan di sekolah  untuk bersikap santun, penuh rasa percaya diri, terampil, mandiri, cerdas, sehat dan berakhlaq mulia. Anak yang terbiasa dilatih dan distimulasi demikian dapat melakukan segala sesuatu dengan inisiatif dari diri mereka sendiri, dapat melakukan segala sesuatunya sendiri (mandiri) serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam melakukannya, bahkan akan senang hati mengajukan diri dengan riang gembira melakukan kegiatan yang disenanginya tanpa unsur paksaan dari luar dirinya. Akan bahagialah masa tua orangtua yang memiliki anak seperti itu. Mengapa ? karena pekerjaan orangtua terutama ibu akan terasa lebih ringan dan anak akan terlatih mandiri bila ibu atau anggota keluarga lain tidak sedang bersamanya. Bukankah kita tidak akan selamanya bersama mereka? Bisa jadi kita akan lebih dahulu pergi mendahului mereka.Jadi sangat penting untuk bisa melatih anak sedini mungkin untuk menjadi anak yang berdisiplin dan mandiri.
Tetapi masalahnya tidak mudah mendidik anak menjadi demikian, lalu pertanyaannya bagaimana cara mendidik anak hingga mereka mampu mempunyai skill dasar belajar bagaimana belajar? Apakah semua perempuan yang akan menjadi ibu sudah tahu apa saja bidang kerjanya dalam pendidikan dan pengasuhan jika mereka telah berumah tangga nanti? Lalu sudah benarkah selama ini cara pengasuhan dan pendidikan orangtua khususnya para ibu ? Lalu bagaimana sebenarnya caranya hingga anak bisa mencapai criteria yang diinginkan diatas? Tak mungkin target anak yang diinginkan tercapai,jika selama ini ibu hanya disibukkan dengan rutinitas yang padat, melelahkan dan tanpa arah tanpa didukung oleh suami, lingkungan serta keilmuan yang memadai tentang pengasuhan dan peranan ibu dalam keluarga itu sendiri.Nah, oleh sebab itu,bu Septi menangkap hal ini sebagai peluang untuk mengedukasi  para perempuan baik yang belum menikah maupun yang sudah menikah untuk bersama-sama belajar tentang menjadi ibu rumah tangga sesungguhnya, dalam istilah bu Septi adalah menjadi ibu rumah tangga professional yang berilmu, cekatan, produktif, dengan terampil mengurus anak sekaligus menghasilkan dan bermanfaat bagi keluarga dan lingkungannya. Semua ini  akan diajarkan oleh bu Septi, dari hasil pengalaman pribadinya menjadi praktisi ibu rumah tangga dan home schooling.
Setelah jelas apa yang diinginkannya, akhirnya bu septi melakukan perubahan. Ia ingat bahwa: for thing change,I must change first….lalu mulailah ia merubah semua sikap dan tindakannya dirumah dimulai dengan membuat kartu  nama dan menggunakan baju kerja bahkan lengkap dengan sepatunya didalam rumah kontrakannya yang mungil didepok. Sorotan tajam dan tatapan aneh banyak menerpanya saat ia memulai itu semua. Bahkan ketika ia memutuskan  menerapkan home schooling pada anak-anaknya meski homeschooling belumlah populer seperti sekarang, bu Septi tetap tancap gas menerapkan dan mendidik anak-anaknya sendiri dengan home schooling. Dan mampu menggugurkan pendapat orang2 yang menganggapnya gila atau abnormal saat ia mewujudkan mimpi itu satu persatu. Ia berkata bahwa abnormal itu adalah ciri-ciri orang sukses. Rata-rata orang-orang sukses jalan hidupnya berbeda dan abnormal dari orang kebanyakan,jadi apa yang mesti dipusingkan , do it..:-) Ia merasa saat menggunakan pakaian kerja dirumah, telah banyak membantunya memberikan pengaruh positif untuk mengerjakan segala sesuatunya dirumah dengan sepenuh hati dan penuh profesional sebagaimana saat ia bekerja dikantornya dahulu.
Sebenarnya ini adalah dasar mimpi atau keinginan kuat beliau untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa profesi seorang ibu rumah tangga adalah profesi yang mulia, profesi yang bila ditekuni dengan benar maka akan super dahsyat imbasnya pada pasangan dan anak-anak mereka. Apalagi bila si ibu mempunyai latar belakang pendidikan tinggi. Jadi tidak benar jika banyak orang berkata sayang ya, pendidikan tinggi akhirnya ‘cuma’ mengurus anak dan didapur. Yang benar, makin tinggi latar belakang pendidikan ibu makin terbuka kesempatan melahirkan dan membentuk anak-anak cerdas yang berkualitas tinggi dimasa depan…(wow..bayangkan itu...eh, ada visual berarti anda sdh mulai bermimpi..^_^)
Mimpi seorang Septi Peni Wulandani pun sudah bulat untuk menjadi seorang ibu rumah tangga professional meski ia sendiri belum merasa jelas dengan definisi ibu rt professional itu seperti apa saat itu. Tanpa malu, beliau berjalan menghampiri dan mengenalkan diri dengan modal kartu nama yang didalamnya tertulis namanya dan profesinya: sebagai Ibu Rumah Tangga Profesional kepada orang-orang yang telah dirancangnya untuk ditemuinya di tempat tertentu. Ia pun tanpa sungkan mau belajar langsung pada dosen dan pakar pendidikan di kuliah-kuliah stadium general yang ada di UI (dekat rumah beliau waktu itu) tentang bagaimana sih pengasuhan dan pendidikan anak yang baik itu, karena ia pun berada pada kebingungan yang sama seperti ibu-ibu lainnya yang bingung cara mendidik anaknya saat menemukan masalah seputar parenting dirumahnya.ia tak ragu mengupas apa saja modal ilmu yang sebaiknya dimiliki oleh kaum ibu lalu bagaimana seorang ibu bisa memberdayakan dirinya  guna membantu memunculkan potensi2 kebaikan pada anak-anaknya agar semakin cerdas, kreatif, penuh rasa ingin tahu, antusias, serta berakhlaq mulia  selain juga dapat membuat dirinya dan keluarga lebih mandiri baik secara fisik maupun secara financial. Selain itu bu septi juga berfikir bagaimana seorang ibu rumah tangga termotivasi untuk mampu menebarkan kebaikan dengan mau berbagi ilmu kepada ibu-ibu rumah tangga lainnya diseluruh pelosok nusantara setelah memiliki ilmu yang mendalam (setelah penerapan didalam keluarganya sendiri) dalam mencapai itu semua.
Inilah cara ibu Septi meraih mimpi dan sekaligus yang melatarbelakangi  berdirinya Institut Ibu Profesional saat ini, bahkan kurikulumnya juga mengikuti desain awal dari bu Septi saat pertama kali ingin mewujudkan mimpinya menjadi ibu rumah tangga professional. Hingga lahirnya program-program edukasi di IIP seperti Bunda sayang, Bunda cekatan, Bunda produktif dan Bunda Shalehah adalah pembuktian diri bahwa mimpi bisa diraih bila kita punya keyakinan, mau berjuang menggapainya  dan tahu bagaimana cara meraihnya…subhanallah..suatu mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan setelah melewati berbagai proses yang cukup panjang …^_^
Pembuktian ini juga dilihat dari suksesnya bu Septi dengan menciptakan sendiri metode abaca untuk mengajarkan anak lancar membaca dan metode Jarimatika untuk mengajarkan anak pintar berhitung. Metode ini sudah menyebar keberbagai pelosok di nusantara, karena keinginan besarnya dalam berbagi ilmu dan untuk mengedukasi para perempuan Indonesia menjadi cerdas dan mandiri secara financial.
Berikut kutipan bu septi:
“Saya memilih profesi sebagai ibu rumah tangga professional, karena saya ingin membuktikan bahwa dengan menjadi ibu rumah tangga, bukan berarti kita tidak bisa membantu keuangan keluarga,” ucap Septi kepada salah satu wartawan. 
“Dengan sebuah gerakan yang bernama Gerakan Ibu Rumah Tangga Profesional, membuat para ibu bisa Mandiri secara finansial, tanpa harus meninggalkan anak-anaknya di rumah. Pelaku bisnisnya adalah sebagian besar ibu rumah tangga, dengan indikator sukses dulu dengan anaknya sebelum mensukseskan anak-anak orang lain,” tegas Septi. "Biasanya seorang ibu jika kariernya makin tinggi, maka waktunya bersama keluarga semakin berkurang, tetapi disini tidak. Ibu dapat mandiri secara financial tetapi waktu dan dedikasi mendidik anak-anaknya tetap luar biasa."
  “Dalam masyarakat hidup anggapan bahwa ibu rumah tangga itu tak ada nilainya. Tetapi kata saya, suatu saat ibu rumah tangga pasti dicari karena membanggakan.”
(dikutip dari berbagai sumber)
Dan benar saja….sekarang beliau dicari-cari oleh para ibu rumah tangga di berbagai daerah di Indonesia yang tertarik untuk belajar pada beliau (termasuk saya ^_^),tentang ilmu membesarkan dan mendidik anak yang diterapkan bu Septi, juga sekaligus berbagi belajar menerapkan keterampilan metode pembelajaran membaca (abaca),berhitung (jarimatika) dan yang terbaru Jari Qur’an yang orisinil ciptaan beliau sendiri looh..saat mendidik anak-anaknya dirumah. Ternyata kunci suksesnya adalah mencari tahu lebih dalam bagaimana cara bu septi sukses mendidik semua anaknya menjadi anak-anak yang berhasil mewujudkan mimpi kanak-kanak mereka diusia belia, anak-anak  yang mampu menumbuhkan mimpi hingga mampu meniti  jalan dan mencapai tujuan bersama keluarga, didunia,insya Allah diakherat juga. Ingin tahu kelanjutannyaaa?….insyaAllah bagian kedua menyusul yaa…Jangan ketinggalan ^__^
(bersambung)

 Salam hangat,                                 
Yeni Nurjannah Siti*                                                                               
*Penulis adalah Bunda dari 2 putri yang masih banyak belajar tentang parenting (praktisi parenting---istilahnya mbak Jazimah Al Muhyi:-), imun is ASI dan Thibbun Nabawi. Ia mempunyai mimpi yang sangat sederhana,tapi butuh selaksa perjuangan, konsisten dan komitmen untuk mencapainya d itahun ini yaitu ingin sekali melihat anaknya yang kedua dapat berjalan dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya sendiri sehari-hari, bebas dari diapers, mampu berkomunikasi lebih ekspresif, bisa mengajarkannya ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk bekal kemandiriannya di masa depan dan untuk anak saya yang pertama saya harapkan tahun ini dapat membaca Al Qur’an dan dapat membaca buku-buku tentang dongeng islami dengan riang dalam rangka memenuhi keingintahuannya tentang kisah-kisah Rasulullah dan para sahabat, bisa memberikannya akses belajar seluas-luasnya tentang story telling atau mendongeng kepada para pakarnya, sehat selalu dan selalu jadi penyejuk mata bunda dan ayah.
Mimpi saya yang terdalam adalah menjadi ibu professional, bunda yang cekatan, mandiri dalam finansial dan dapat menjadi dokter pribadi bagi keluarga kecil saya. Sedangkan keinginan terbesar saya adalah suatu saat nanti ingin memiliki taman bacaan, mampu mendirikan klinik thibbun nabawi bagi anak-anak dan orang-orang yang membutuhkan motivasi dan pertolongan serta menuliskan dan menerbitkan pengalaman saya dalam sebuah buku tentang upaya mewujudkan itu semua..Aamiin..^_^

0 komentar:

Posting Komentar