CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 22 Juni 2012

RESUME WEBINAR KE 3: IBU MANAJER KELUARGA HANDAL


Bismillahirrahmannirrahiim..
Dosen kita di webinar ke 3 ini kembali kepada bu Septi Peni Wulandani, jika webinar ke 2 dengan suaminya: pak Dodik, maka tak heran sekarang dioper kembali dengan beliau..bahasannya tentang ibu siy..kan tepat diserahkan pada ahlinya..hehe..*senyum dulu sebelum bahas yang serius ah* Lanjuutt..
Berat sekali sebenarnya waktu mau nulis resume ini…karena cakupannya yang sangat luas juga saya pribadi belum melaksanakannya secara keseluruhan. Tetapi karena banyaknya permintaan..*huaa gayaa…:D* akhirnya saya coba beranikan diri untuk menuliskannya. Jadi kita sama-sama belajar aja ya bunda…smile ^_~ 
Setiap perempuan yang telah menikah rata-rata memiliki masalah yang sama dari jaman dulu hingga kini. Masalah tersebut tidak jauh-jauh berkisar antara karir sang istri, pendidikan anak, komunikasi dengan suami, mertua, masalah dapur, anggaran belanja, kegiatan di luar, sampai ke masalah setrikaan yang menumpuk..yap, sudah mulai ada yang mengiyakan dan memanggut-manggutkan kepala sepertinya :D..tenaaang bunda…bila itu adalah masalah anda selama ini dalam berumah tangga..hayuk silahkan teruskan membaca resume ini..^_~
Ya..masalah yang ‘menimpa’ para ibu muda jaman dahulu ternyata juga diwariskan loh kepada para ibu muda jaman sekarang. Masalahnya memang tetap sama, hanya sajaaa… tentu dengan kompleksitas yang berbeda. Tetapi dengan kondisi output yang hampir mirip yaitu mampu membuat para ibu mudah sekali dihinggapi stress. Karena 1001 masalah yang ada dihadapan mata.  
Sebelum membahas ini, bu Septi menjabarkan bahwa  setiap masalah yang ada jadikanlah sebuah tantangan, ingat bunda, Tidak ada Masalah  yang ada adalah Tantangan. Disini ditekankan bagaimana pentingnya komunikasi produktif dari seorang istri kepada suami, anak, mertua dan orang-orang dewasa lainnya yang berada didekat anak (Lihat Komunikasi Produktif diawal kuliah rutin). Jadi jika ada masalah menerpa,maka kita bisa bilang: No Problem! jadi kita ganti ya kata masalah dengan kata tantangan bun. Ok.
Untuk melihat sumber tantangan para bunda dirumah, bisa dilihat dari:
  • Motivasi bekerja Ibu
  • Peran Ibu di mata anak
  •  Kompleksitas tantangan dan cara penanganannya
  • Perkembangan Peran Ibu, dan
  • Pergeseran Mentalitas
                                                   
MOTIVASI BEKERJA IBU
Ibu rumah tangga adalah ibu yang bekerja di rumah tangga. Benarkah definisi ini sudah tepat untuk kita, bu? *fikirkan dulu sebelum menjawab yaa* jika iya, lalu berlakukah rumah kita sebagai tempat kita bekerja? Apakah terasa hommy (nyaman) saat kita berada dirumah? Apakah kita sebagai ibu sudah bersikap professional di dalam rumah sebagaimana tuntutan itulah yang akan diminta pertama kali bila kita bekerja diluar ?
Jika masih bingung, mari kita lihat hubungan motivasi dan bekerja dibawah ini.
Cheklist salah satu motivasi anda sebagai ibu:
o  Jika profesi ibu adalah Asal kerja --> maka motivasinya adalah hanya untuk memperoleh gaji (dari suami) --> Bekerja hanya untuk memenuhi Kebutuhan hidup à harapan tidak ada --> yang Anda cari adalah TGIF (Thanks God If Friday) senang jika hari sudah hari jum’at. Saking tidak adanya harapan, selalu berharap libur bekerja. Apakah kita termasuk seorang ibu yang semakin senang jika tidak ada anak-anak di rumah??
o  Jika Profesi ibu adalah Karir --> maka motivasinya adalah untuk memperoleh uang --> Bekerja untuk berKompetisi , Tidak akan suka melihat orang sukses, tidak suka melihat ibu lainnya sukses -->  Harapan: timbul Kebanggaan --> yang Anda cari adalah Promosi. Apakah kita termasuk ibu yang senang berkompitisi, tapi tidak senang melihat ada ibu lainnya yang sukses lebih dari kita??
 
o Jika profesi ibu karena Panggilan Hati--Maka ini yang terbaik-- (Panggilan hati maksudnya profesi ini menjadi pilihan prioritas saya untuk menjadi ibu bukan karena kepepet / terpaksa dll) --> maka motivasinya adalah untuk menaati Perintah Allah (Amanah) --> ibu bekerja sebagai Kholifah (tidak akan pernah mengeluh). 
Contoh kecil: Ibu sudah memasak makan malam untuk suami dengan sangat sempurna, tomat-tomat sudah dibuat menjadi bunga, wortel-wortel sudah dibuat menjadi hiasan indah, suami pulang bilang “Maaf ya bu, tadi ada rapat, sudah makan malam.” Jika kita bergerak karena suami, tentu akan kecewa, sudah masak cape-cape tidak dimakan. Tetapi jika kita bergerak karena Allah, meyakini bahwa rezeki sudah ditentukan Allah, maka kita tidak akan marah, karena berarti rezeki makanan ini bukan untuk suami, berarti bisa untuk berbagi dengan orang lain --> Harapan: bisa berkonstribusi memberikan manfaat pada orang sekitar --> Karena itu Ibu akan mencari lebih banyak tugas. Tugas apa lagi yang bisa kita selesaikan sebagai seorang ibu.Tak ada kata untuk selesai belajar.
Apakah kita sudah termasuk seorang ibu yang punya manfaat/kontribusi pada masyarakat sekitar? Senang melihat ibu-ibu lainnya maju karena kontribusi kita didalamnya?? Jika iya, berarti profesi ibu rumah tangga benar-benar pilihan dari hati ibu.
Dengan demikian pekerjaan ibu yang sesungguhnya adalah panggilan hati. Akan ada perasaan kita masih kurang puas untuk belajar karena ilmu yang didapat hari ini masih sedikit dan kita masih terus belajar lagi, belajar lagi..karena keinginan terbesar kita…khawatir kita belum bisa menjadi orangtua yang menjalankan perannya dengan baik. Jadi seorang istri sebaiknya melangkahlah dengan ilmu, dalam hal apapun, sehingga kita tidak menjadi seorang peragu.
Selamat belajar dan termotivasi yaa!
PERAN IBU DIMATA ANAK
Seberapa bersungguh-sungguhnya kita menjalankan peran kita sebagai ibu, anak dan suami kitalah yang akan melihat.
  • Apakah kita benar-benar merencanakan kegiatan dirumah dengan sangat terencana dan dahsyat.
  • Apakah kita benar-benar mengatur jadwal belajar dan mengasuh serta mendidik anak kita dengan sepenuh hati.
  • Apakah kita benar–benar mengambil peran ibu dan istri (bagi suami) yang sesungguhnya di dalam rumah.
Kunci dari menjalankan profesi ibu sebagai manager, mulailah dari kostum ibu: pakailah pakaian terbaik dirumah, ada jamnya ditentukan sendiri (tentukan sesuai jam perencanaan  masing-masing). Bersihkan ‘wangi-wangian’ yang tidak disukai oleh suami, tidak memakai parfum bumbu masak dan hilangkan aroma yang tidak enak di cium. Hingga anda layak menjadi manager professional bagi keluarga anda. Jika anda masih suka memakai daster, maka pakailah daster terbaik anda, yang masih sangat baik kondisinya, harum, dan tak terlupa kenakanlah jilbab yang juga dipastikan masih sangat layak untuk dipakai diluar ruangan. 
Jangan berdaster ria terus-menerus, jangan pakai daster yang bolong-bolong, yang jika sobek masih ada penitinya. (hehe…banyak yang tersindir ga yaa…:D)
Intinya tampillah cantik untuk pasangan anda dirumah dan untuk anak-anak tercinta. ^_^
MENANGANI KOMPLEKSITAS TANTANGAN
Bagaimana caranya:
1.         PUT FIRST THINGS FIRST
Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama
Caranya:
  • Buatlah perencanaan apa yang ingin anda lakukan hari ini dan besok.
  • Aktifkan fitur Gadget Anda.
Otak kita terlalu berat untuk mengingat rincian dari jam kejam untuk apa-apa yang akan kita kerjakan pada hari ini.
Maka, buatlah List to do (apa yang mau dikerjakan) dan buat Jadwalnya. Jika selama ini list itu tidak pernah ada, dan jadwal juga tidak pernah ditulis, akhirnya kita banyak lupa. Hal ini malah tambah membuat bingung kan bun? lupa apa-apa yang mau dikerjakan, juga bisa membuat hati kesal.
Nah bila list itu ada, maka buat reminder (pengingat). Untuk anda yang suka on line, ada fitur reminder yang suka muncul setiap saat. Jika kita punya fitur hp yang lengkap, gunakanlah reminder itu, bisa sangat membantu kita. Tetapi jika tidak digunakan, meskipun anda punya fitur tercanggih dari hp anda, itu tidak akan ada artinya.
2.         ONE BIT AT A TIME
Apa itu One Bit At A Time ? 
  •  Lakukanlah setahap demi setahap,
Biasanya kebiasaan buruk para ibu adalah saking ingin mengerjakan, ingin mengerjakannya sekaligus semua diborong ^_^ kayak siapa yaa...:D
  • Lakukankah sekarang.
  • Pantang menunda dan menumpuk-numpuk.
Kebiasaan buruk kita lainnya adalah menjadikan satu mengerjakan berbagai kegiatan, masak air, ya sambil cuci piring, sambil nonton tv, sambil juga masak nasi, lanjut sambil rendam cucian dan lain-lain.
Jangan mengerjakan semuanya berbarengan, kerjakan setahap demi setahap, satu persatu.
Jika akan bermain dengan anak, lakukanlah, hadirkan diri anda dengan bersungguh-sungguh main dengan anak, hingga menunjukkan kualitas dalam permainan.

Kalau kita mau benar-benar konsentrasi artinya tidak memikirkan yang lainnya (istilahnya cut off) sehingga kita benar-benar  fokus untuk bisa pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dengan menghadirkan seluruh hati kita disana, tanpa sedikitpun memikirkan kegiatan sebelumnya.
Berantakan bisa membuat kita tambah stress, apalagi semua tantangan dikumpulkan jadi satu, lalu dikerjakan sekaligus, makin membuat stress dan bikin kita akan loyoooo….sekali. Maka penting untuk belajar mendelegasikan seperti langkah dibawah ini..
3.         DELEGATING
Mendelegasikan tugas. 
Delegasikanlah yang bisa didelegasikan. Ingat, tugas seorang Ibu (sebagai pendidik pertama bagi anak kita) dan sebagai Istri (bagi suami kita) tidak bisa kita delegasikan  ya bun. Jadi delegasikan tugas-tugas rumah tangga lainnya saja.
Bagaimana cara mendelegasikan:
  • Pertama dilatihkan dulu, pertanyaannya siapa yang dilatih?  Bisa melatih Anak anda agar ia mandiri. Atau jika anda bisa punya asisten rumah tangga, maka anda bisa mulai melatih Asisten anda, untuk membantu pekerjaan rumah tangga Anda.
  • Percayakan anak/asisten rumah tangga untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang sekiranya mulai mampu mereka kerjakan. Anak yang sudah bisa diajak berbicara, sudah bisa diajarkan untuk mendelegasikan tugas sehari-hari. Contoh: buang sampah pada tempatnya, pakai baju sendiri, syaratnya ibu harus super sabar dan tega. Setelah mereka mulai mengerjakan ingatlah jangan anda menggantikan tugas yang telah anda delegasikan dihadapan anak/asisten anda, karena pekerjaannya anda anggap belum sempurna/rapi. Jika Anda bisa bertindak demikian, mereka akan merasa senang karena dipercaya oleh Anda. Tetapi jika tidak, sayang sekali Anda akan dianggap tidak mempercayai mereka dan latihan mendelegasikan ini akan gagal.
  • Kerjakan.  Anak dan asisten rumah tangga, setelah dipercaya, mereka akan percaya diri untuk mengerjakannya sendiri, maka biarkan anak atau asisten anda mengerjakannya.
  • Ditingkatkan. Maksudnya pekerjaan yang sudah terbiasa dikerjakan, ditingkatkan kesulitannya hingga anak/asisten rumah tangga pada akhirnya bisa benar-benar menguasai dan mahir mengerjakannya. Contoh, jika tamu hadir kerumah, anak diajarkan dan dilatihkan untuk memberikan minuman kepada tamu. Pertama percayakan dengan gelas plastik, lalu ditingkatkan menjadi gelas kaca. Bila ibu tipe melankolis, biasanya akan merasa sulit mendelegasikan suatu pekerjaan hatta kepada anaknya sendiri, akibatnya pekerjaan ibu akan sangat banyak dan menumpuk karena dikerjakan sendirian. Maka mulai sekarang cobalah beri kepercayaan kepada anak/asisten rumah tangga. Mulai delegasikan tugas dengan melatih orang-orang dewasa disekitar anak anda.
  • Terus berputar: Latih – Percayakan – Kerjakan – Ditingkatkan – Latih lagi – Percayakan lagi – Kerjakan lagi – Ditingkatkan lagi, begitu seterusnya….
 PERKEMBANGAN PERAN
  •   Dari kasir menjadi pengelola keuangan
Jika selama ini, Ibu hanya menjadi kasir, yang mencatat pemasukan dan pengeluaran saja, maka tingkatkan peran Ibu sebagai pengelola keuangan.
Tugas seorang pengelola keuangan adalah pertama memfilter uang tentang halal dan thoyib tidaknya uang yang masuk. Lalu tunaikan Hak Allah pada kita (ZIS), Hak orang lain yang ada pada kita (cicilan, hutang, dll), Hak investasi masa depan anak-anak (Tabungan, Asuransi, dll) dan Hak saat ini (untuk makan dan operasional harian keluarga).
Untuk lebih jelasnya, akan ada bahasan tersendiri.
  •   Dari hanya menjadi Tukang Masak menjadi Perencana Menu Keluarga
Jika selama ini, peran ibu hanya sebagai juru masak maka tingkatkan peran kita menjadi perencana menu untuk keluarga.
Bagaimana caranya?
Bu Septi berbagi trik. Beliau menyusun menu keluarga untuk 10 hari.

Mengapa 10 hari? Agar tidak bisa ditebak oleh anak-anak, jika menu disusun selama 7 hari, maka anak bisa menebak ibu akan masak apa hari senin besok, selasa besok dan seterusnya. Jadi menghindari  anak yang tidak suka makan beberapa menu yang disajikan di hari tertentu untuk mogok makan. Setelah mencatat menu 10 hari, rotasikan selama 3 bulan, maksudnya ibu boleh mengganti menu tersebut jika sudah berjalan 3 bulan dari menu yang pertama. Akhirnya kita akan mendapatkan berbagai variasi menu 10 hari yang bisa menjadi panduan kita sendiri sebagai standar resep dan standar belanja. Meringankan bukan untuk jangka panjang? Jika anda sudah melakukannya, jangan lupa saling tukeran menu yaaa…triknya dan tantangannya cari menu yang praktis, murah dan bergizi yaa bun..:D
Apa saja menu yang ada di menu 10 hari?
Sebenarnya tergantung kecerdasan ibu dalam memvariasikannya, juga tergantung anggaran belanja keluarga, yang penting ada sumber karbohidrat, protein nabati, hewani dan jangan lupa untuk buah-buahannya. Belajarlah untuk merancang menu sehat, mengetahui pola makan yang baik untuk anak dan keluarga bagaimana. Cari sumber ilmu di mbah google, pakar gizi serta praktisi gaya hidup sehat dan alami.
Intinya banyak cari tahu dulu tentang pola makan yang sehat itu seperti apa? karena ternyata pola makan 4 sehat 5 sempurna bukanlah pola makan yg sehat.  Silakan baca-baca sendiri buku tentang Food Combining Andang Gunawan atau The Miracle of Hiromi Shinya. Alhamdulillah dengan memperhatikan pola makan yg hemat enzim, tingkat kekambuhan pasien-pasien kanker dr.Hiromi Shinya= 0 %. Sedangkan salah satu terapis kenalan saya yaitu bunda Susintawati Herudjito bisa lepas obat asma yang digunakannya selama ini setelah menjalani diet Food Combining tersebut. Makin membuat inspiratif kan bila mempunyai referensi ilmu yang banyak untuk keluarga?:D
Semakin ilmu dicari, kita akan merasa kurang ilmu.. Hingga nanti kita akan semakin haus belajar. Contoh dari sini saja, sebagai perencana menu, nanti kita akan termotivasi mau lebih ingin tahu bagaimana untuk manajemen kulkasnya, manajemen belanjanya, manajemen sdm rumah tangganya, manajemen menaruh barang agar cepat ditemukan dan masih banyak yang lain-lainnya.
Selama ini, jika anda dibantu asisten, dalam mengerjakan menu sehari-hari di keluarga, jangan khawatir karena semua akan tetap dibawah control anda. Hal ini tentu saja karena menu makanan keluarga andalah yang merencanakan, asisten hanya tinggal belanja dan masaknya. Dengan demikian anda bisa focus untuk mengerjakan tugas lainnya yang lebih membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi, misal: pendidikan anak. Jadi tidak akan ada lagi kebingungan mau masak apa hari ini, tidak ada lagi aktivitas yang menghabiskan banyak waktu untuk kegiatan di dapur anda. Sehingga ibu akan merasakan nikmatnya jadi seorang ibu. Rasakanlah…karena bu Septi sudah merasakannya…*hee…kepengen..kan??....samaa..^_^*
  • Dari hanya menjadi Pengantar Sekolah Anak menjadi Pendidik Utama Anak
Jika selama ini peran ibu hanya menjadi pengantar sekolah anak, maka tingkatkanlah peran anda dengan jadilah pendidik utama anak anda. Jika ibu tidak kuat mendidiknya sendiri, boleh membawa anak ke fasilitas sekolah, tetapi jangan menyerahkan sepenuhnya ke sekolah. Carilah sekolah yang sama dengan visi dan misi anda mendidik anak, lalu lihat biayanya yang terjangkau kantong anda. Sehingga pendidikan anak tetap ada didalam kendali anda.
Mengapa posisi ibu sebagai pendidik utama anak, tidak dapat digantikan dengan yang lain? Bahkan dengan sekolah-sekolah sekarang ini? Ada alasannya bunda ^_^
Ustadz Abu Ridha mengatakan dalam sebuah seminar tentang pengokohan keluarga muslim antara problematika dan solusinya: bahwa masalah yang paling fundamental yang terjadi pada keluarga muslim dewasa ini adalah kita sebagai suami atau istri masa kini sudah tidak betah lagi dirumah. Sehingga pendidikan anak kita diserahkan kepada para baby sister dan asisten rumah tangga. Sementara sekolah kewalahan karena kelimpahan kurikulum yang demikian padat dan banyak untuk dijejalkan kepada para muridnya. Nah, ada pembagian kewajiban diantara keduanya (sekolah dan rumah) adalah solusi yang terbaik.
Bagaimana cara memulai untuk menjadi pendidik utama anak kita??
Mulai sebagai pendidik utama anak-anak kita dari mereka berusia 0-12 tahun. Cari referensi kurikulum untuk usia anak bisa melalui internet, bisa anda tengok ke link dibawah ini: www.schoolhousetech.com,www.puskur.netwww.currclick.comwww.rumahinspirasi.com dan lain-lain. Setelah itu cobalah anda terapkan materi tersebut dengan mengkombinasikan metode yang paling sesuai dengan tipe dan gaya belajar anak anda. Jika bisa, sesuaikan juga dengan tujuan dan arah pencapaian mimpi di keluarga anda. Nah, bagaimana coba yaa?:D
Mengapa waktu mendidik anak 0 -12 tahun?
Karena diusia ini, waktu mendidik terbaik. Jika anak usianya sudah 12 tahun ke atas maka anak akan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungannya. Sehingga anak biasanya lebih percaya kepada teman-teman dan lingkungannya dibandingkan orangtuanya. Bukan berarti mendidik mereka setelah melewati usia 12 tahun tidak bisa lagi, tetapi akan mempunyai peluang yang lebih kecil dibanding yang sudah mendidiknya lebih awal.
Jika ini sudah dijalankan dirumah anda, maka akan terasa waktu 24 jam akan terasa sangaaat kuraaaaang sekali…ilmu yang kita dapat hari ini akan menjadi keciiiil sekali. Maka berbedalah kita dengan orangtua  jaman dulu yang bekerja dengan instink tanpa adanya improvement (perbaikan). Hari ini mari kita bekerja berbasiskan ilmu, belajar dari berbagai sumber terpercaya. Dari AL Qur’an dan Hadist Nabi, tentu saja tak boleh ditinggalkan. Teruslah memperbaiki diri. Cayoo…(semangat)!

PERGESERAN MENTALITAS
Suami sebagai Leader keluarga, pemimpin keluarga yang menentukan ARAH dan TUJUAN keluarga. Istri sebagai Manager keluarga yang menentukan CARA keluarga untuk mencapai tujuan.

§    Jika Leader tidak jelas ARAH dan TUJUANnya dalam berkeluarga dapat dipastikan Manager mengalami kesulitan dalam menentukan CARA demi sampai pada tujuan keluarga tersebut --> kesasar karena tidak tahu benar tidaknya arah dan tujuan (paling parah)
§    Jika Leader tidak tahu dan tidak jelas ARAH dan TUJUANnya dalam berkeluarga, tetapi Manager dapat menangkap maksudnya dan ia benar dalam menentukan CARA demi sampai pada tujuan keluarga yang dimaksud --> kesasar tapi cepat tahu jalan sebenarnya.
§    Jika Leader benar ARAH dan TUJUANnya dalam berkeluarga, tetapi Manager salah dalam menentukan CARA demi mencapai tujuan keluarga --> maka tetap sampai ketujuan tapi lambat
§    Jika Leader benar ARAH dan TUJUANnya dalam berkeluarga dan Manager benar pula dalam menentukan CARA demi mencapai tujuan keluarga --> maka sampailah mereka ketujuan dengan cepat. Inilah yang terbaik.
Untuk itu, buatlah tujuan dan arah yang mencakup dalam SMART ------> S: Spesific (jelas), M: Measureable (dapat terukur), A: Achievable (bisa diraih), R: Realistic, T: Timebone (Ada batasannya).
Prinsip komunikasi dengan suami: To C (Clear dan Clarify), agar suami istri bisa klop dalam komunikasi, referensi hidupnya harus sama. Bagi umat muslim, referensinya tentu saja Al Qur’an dan Hadist Nabi. Istri taat pada suami jika perintah suami tidak membuat ALLAH marah.
Akan ada bahasan tersendiri tentang panduan yang bisa dijalankan bersama antar suami istri dan anak-anak. Karena keluarga ibarat perusahaan, yang ada leader (suami), manager (istri) dan anak-anak (partner kerja). Maka perlu kumpul rapat untuk menentukan arah dan tujuan keluarga bersama.
Yang harus diingat semua tujuan (goal) haruslah mengarah untuk anak-anak. Bukan jamannya lagi kita yang mengejar karir setinggi-tingginya, sekarang jamannya adalah para orangtualah yang memfasilitasi anak-anak untuk mengejar mimpi mereka dimasa depan. Lebih baik dedikasikan diri anda pada saat usia 0-12 tahun kepada anak-anak anda, manage dengan sangat bagus. Sehingga ketika mereka sudah berusia 12 tahun keatas, anda akan merasa nyamaaaaan sekali dengan mereka. Meski mereka sudah punya banyak teman, tetapi anak akan tetap dekat dengan kita. Subhanallah…!
Demikian resume webinar ketiga untuk saat ini, semoga bermanfaat bagi para orangtua terutama ibu yang ingin menjadi manager handal dalam keluarganya. Mohon maaf bila ada kesalahan tulisan, maksud arti, ejaan dsbnya. Semoga bisa dipraktekkan didalam keluarga kita.
Bu Septi says: Ingat semua sangat sederhana diucapkan, tetapi sangat sukar dijalankan. Perlu kekuatan dan kerjasama antara leader dan manager.  Hayoo..jadilah anda berbeda dari ibu-ibu lainnya, jadilah anda manager keluarga yang handal bagi keluarga!
Oya sebagai tambahan:
Salam Hangat,
Yeni Nurjannah Siti-Bunda Sykhaa
(Bundanya Syifa dan Khansa) ^_^

1 komentar:

ummu azmi mengatakan...

alhamdulillah...dapat pencerahan,mudah2an bisa di realisasikan...mohon doanya yah bu saya ingin jadi ibu profesional...

Posting Komentar