CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 13 Maret 2012

BANGGA MENJADI IBU PROFESIONAL

Semua pekerjaan apabila dilakukan secara professional maka akan menghasilkan kesuksesan. Apapun pekerjaan kita menuntut sebuah profesionalitas dan totalitas. Seorang guru yang professional akan lebih berhasil mengantarkan anak didiknya dibanding guru yang apa adanya. Seorang dokter yang professional di bidangnya akan lebih berhasil menyembuhkan pasien. Begitu pula dengan soerang ibu. Dia akan lebih berhasil mengantarkan keluarganya menuju gerbang kesuksesan baik di dunia maupun akhirat apabila menjalankan profesinya secara professional.
Menjadi seorang ibu adalah sebuah keniscayaan bagi setiap perempuan. Selama ini paradigma yang terbentuk di masyarakat tentang seorang ibu masih belum benar. Masyarakat umum beranggapan bahwa apabila seorang perempuan telah memasuki gerbang pernikahan maka secara otomatis akan menjadi seorang ibu yang sudah paham seluk beluk rumah tangga. Padahal dalam realitas masih sering kita jumpai para kaum ibu yang menjalankan tugasnya apa adanya tanpa dibekali pengetahuan mencukupi. Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT) adalah hal sepele, remeh, bukan hal yang utama. IRT bukanlah sebuah profesi yang menuntut pengetahuan mendalam tentang parenting, edukasi dll. Hanya segelintir masyarakat yang sudah memahami akan pentingnya profesionalitas seorang IRT.
IRT adalah salah satu jenis profesi sebagaimana profesi lainnya semisal dokter,guru,insinyur dll. Pekerjaan IRT juga memerlukan ilmu yang mumpuni. Padahal dalam kurikulum pendidikan kita dari SD - Perguruan Tinggi tidak pernah diajari materi-materi parenting ataupun kerumah tanggaan lainnya. Sehingga wajar apabila mayoritas kaum perempuan tergagap-gagap ketika memasuki dunia pernikahan dan menyandang gelar baru sebagai ibu. Meskipun bergelar sarjana belum tentu menjamin akan berhasil menjadi seorang IRT professional. Tapi tentu saja seorang sarjana akan lebih baik mendidik anak-anaknya dibanding yang tamatan SMA saja.
Pekerjaan mengurus rumah tangga ternyata cukup menguras tenaga, tidak kalah beratnya dengan pekerjaan lainnya. Bahkan jam kerjanya lebih panjang dari pekerjaan manapun, nyaris 24 jam per hari. Jam istirahatnya tidak menentu seperti pegawai kantoran. Meski terlihat remeh tapi ada saja pekerjaan yang harus diselesaikan, dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lainnya. Pekerjaan rumah tangga bukan hanya mengerjakan hal-hal teknis saja yang semua orang bisa melakukannya seperti memasak, mencuci, bersih- bersih rumah. Ada yang lebih penting dari itu semua yaitu mendidik anak-anak.
Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Baik buruknya anak sangat dipengaruhi oleh faktor Ibu. Biasanya anak-anak yang sukses memiliki Ibu yang cerdas. Cerdas dalam arti mampu mengarahkan si anak sesuai kemampuan, minat dan bakatnya. Cerdas dalam arti mampu melejitkan potensi diri anak. Dan sebaliknya, anak yang kurang berhasil biasanya disebabkan oleh kekurangpahaman sang Ibu untuk membimbing dan mengarahkan.
Agar mampu mengarahkan anak sesuai dengan minat dan bakatnya tentu kita sebagai Ibu harus membekali diri dengan ilmu terlebih dulu. Ilmu agama, psikologi, parenting, edukasi, kesehatan, keuangan dll. Kita tidak harus mempunyai ijazah resmi di bidang tersebut, yang penting ada kemauan belajar agar menguasai bidang-bidang yang akan kita ajarkan kepada sang anak. Saat ini berbagai kemudahan dapat kita peroleh melalui kecanggihan teknologi. Internet menyediakan segala informasi yang kita butuhkan. Begitu pula perpustakaan dan toko-toko buku memiliki koleksi buku apapun yang kita inginkan. Asal ada kemauan pasti ada jalan.
Ibu Profesinal adalah seorang “guru privat” 24 jam bagi anaknya. Kita membimbing mereka sejak dari dalam kandungan hingga dewasa. Sebagai guru privat kita wajib mengajari mereka semua mata pelajaran di sekolahnya. Pelajaran berhitung, membaca, bahasa, berjiwa mandiri, berekspresi kreatif, dan pelajaran motivasi untuk maju. Jika di awal kehidupannya kita sudah mampu membangun pondasi positif dengan kokoh, maka ketika dewasa si anak akan lebih mudah menjalani kehidupannya dengan penuh rasa percaya diri. Rasa percaya diri adalah modal awal intuk meraih kesuksesan.
Ibu Profesional juga seorang manusia biasa yang mudah mengalami kejenuhan dalam menjalani rutinitas tugas hariannya. Hal ini sangat wajar, tapi bukan berarti kita menoleransi kejenuhan dan stagnasi. Agar tidak jenuh dan stagnan kita membutuhkan suatu komunitas yang mempunyai passion sama untuk saling mengingatkan dan menguatkan. Kita memerlukan komunitas pembelajar yang tidak pernah berhenti belajar demi perbaikan diri. Ibu Profesional adalah seorang pembelajar sejati. Seorang pembelajar yang akan mentransfer ilmu-ilmunya untuk anak tercinta.
Seorang ibu juga juga seorang pribadi yang mempunyai minat, bakat, hobi, dan keinginan untuk mengekspresikan dirinya di masyarakatr. Sah-sah saja seorang ibu menyalurkan hobi, mengekspresikan diri, memberi kontribusi kepada masyarakat asalkan tidak mengganggu pekerjaan utamanya dirumah. Dengan mengekspresikan diri akan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinngi. Selama ini profesi IRT disandang dengan rasa minder, tidak percaya diri. Selama ini kita merasa “bukan siapa-siapa” jika hanya menyandang status IRT. Merasa menjadi orang yang tak berguna jika setelah menikah hanya menjadi IRT sepenuhnya. Bila sewaktu menjadi aktifis kampus, agenda rapat adalah sesuatu yeng membuat kita merasa berarti, sekarang agenda belajar dan berkumpul di komunitas pembelajar adalah sama berartinya. Bila sewaktu menjadi karyawati kantor, melaksanakan tugas sesuai target adalah sebuah prestise, sekarang memberikan kontribusi riil bagi kemajuan kaum ibu lainnya adalah sama prestisenya.
Inilah saatnya kita merubah paradigma yang selama ini melekat di pundak ibu rumah tangga dari sosok yang minder, pemalu, tidak percaya diri menjadi sosok yang penuh percaya diri, cerdas, dan mampu mengekspresikan dirinya di masyarakat. Cerdas dalam arti menguasai dengan baik tugas-tugasnya dan tak pernah berhenti belajar untuk memperbaiki diri. Percaya diri bahwa profesi sebagai ibu sama prestisenya dengan profesi lainnya. Rasa percaya diri ini dapat menumbuhkan aura positif para ibu ketika membimbing putera-puterinya sehingga mereka menangkap contoh yang positif dari ibu tersayang. Sedangkan ekspresi diri adalah puncak prestise IRT yang telah mampu melejitkan potensi diri sebaik-baiknya. Inilah saatnya kita katakan kepada dunia : “SAYA BANGGA MENJADI IBU PROFESIONAL...! “


By : Widi Astuti ( Humas Institut Ibu Profesional Salatiga)

0 komentar:

Posting Komentar