CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 22 Juni 2012

RESUME WEBINAR KE 5 : BELAJAR MEMILIH SEKOLAH BERSAMA ANAK


Bismillahirrahmannirrahiim…
Teman-teman apa kabar? Maaf saya baru saja melewati malam-malam penuh rasa gatal dan panas, karena alergi terhadap makanan tertentu yang baru saja saya ketahui beberapa malam yang lalu..Alhamdulillah kini sudah pulih dan siap menulis lagi…menebar ilmu bagi yang belum sempat menyimak webinar edisi ke 5 yaa..semoga bisa menjadi amal bagi saya di yaumil akhir nanti. Aamiin. Masih ingat lagu ini??
Hai burung kecil/ Silahkan pergi/ Terbanglah tinggi/ Sesuka hati/ Langit yang biru/ Memang milikmu/ Mungkin disana damai hidupmu/ Rentangkanlah sayapmu/ nikmatilah kebebasanmu/ Walau hidup masih tak tentu/ Biarkanlah manusia dengan tingkahnya/ Biarkanlah dunia dan masalahnya/ Rentangkanlah sayapmu, rentangkanlah sayapmu/ Nyanyikanlah lagumu/ Damaikanlah hidupmu……
(Rollies-burung kecil  bisa didownload di http://www.musikane.com/audio/rollies%20mp3)
Hmm…lagu diatas adalah lagu nostalgia masa kecil saya yang sudah lamaaaa sekali baru saya dengar kembali di webinar ke5 ini. Ya lagu ini turut menemani para peserta webinar yang datang lebih awal ahad malam tgl 22 april 2012..ah, saya berfikir lagu ini memang benar-benar direncanakan untuk diputar saat itu sesuai tema webinar yang akan dibahas. Sungguhan lohJ karena bila burung kecil diatas dianalogikan sebagai anak/buah hati kita, maka tugas para orang tualah yang membimbing dan melatih mereka hingga bisa terbang tinggi dan merentangkan ‘sayap’nya. Bukan begitu? Hehe, jadi filosofis banget ya…kebetulan saya memang seneng banget dengan lagu ini.
O ya, untuk webinar ke 5 ini kita dipandu oleh mbak Mira Julia (Lala) sebagai moderator. Sedangkan dosen kita adalah seorang bapak yang sangat mengerti dunia anak-anak dan juga low profile siapa lagi kalau bukan Bapak Dodik Maryanto, suami tercinta dosen tetap kita: bu Septi ^_^ (yang sudah sangat jeli memilih lagu nostalgia saya semasih kecil untuk tema memilih sekolah ini, makasih yaa pak :-)
Oke..kita mulai saja resumenya…cekidot ^^ moga2 ga salah tangkep isi materinya..:)
 BELAJAR MEMILIH SEKOLAH BERSAMA ANAK
Parents, pemilihan sekolah bukanlah sekedar monopoli orang tua. Karena pemilihan sekolah juga bisa dijadikan sebagai aktivitas belajar bersama anak. Masa sih? Iya..Biasanya orangtua ya yang milih..hee..itu jaman dulu..sekarang memilihkan sekolah yang tepat untuk anak akan tetap terus merupakan dan menjadi tantangan para orangtua. Yang berbeda, agar anak terlibat dan enjoy menikmati belajar atau mencari ilmu disekolah serta bertanggung jawab atas pilihannya (sebagai subjek pendidikan) maka libatkan anak untuk memilih sekolahnya sendiri.[nah ini niy yang dimaksud Pak Dodik saat menyampaikan diakhir acara, pak Dodik bilang bahwa nanti anak akan bilang..Mommy..mommy…don’t teach me I love to learn…J udah nyambung kan..hehe]
Tantangannya bagi orangtua adalah bagaimana caranya?  Kata Pak Dodik: persoalan memilih sekolah adalah persoalan komunikasi dan persoalan komunikasi adalah persoalan persepsi.  Jadi pastikan saat para orangtua berkomunikasi dengan anak,  dalam hal ini tentang bagaimana proses dalam memilih, hingga memutuskan dan akhirnya mengirimkan anak ke sekolah sedapat mungkin melibatkan anak sampai anak menangkap pesan ini: bahwa kita menitipkannya di sekolah adalah karena rasa sayang kita padanya. Bukan karena yang lain.
Nah..anak mulai dapat diajak menentukan pilihan dan dilatih untuk mengambil keputusan sejak ia dapat mulai berkomunikasi (berbicara). Berarti kompleksitasnya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan usia ananda. Contoh: Jika anak mau makan dikasih pilihan 2 macam. Mbak mau rasa pisang atau kacang hijau? Jika melakukan kebaikan ditanya, Mau hadiah apa mbak? Mau pakai warna baju apa mbak sore ini? Dan lain-lain.
Hal ini memang tidak akan mudah, karena otoritas ibu/ayah kadang akan muncul juga. Jadi orangtua perlu belajar untuk ‘sedikit’ mengekang hal itu. (sedikit atau banyak?? Hee..@_@)
Baiklah, sekarang kita samakan gelombang dulu yaa…^_~
Fine Tuning
a)    Apakah pilihan sekolah menentukan masa depan anak? Jawaban peserta webinar ternyata beraneka ragam, ada yang menjawab ya, tidak, ya-tidak (maksudnya apa ya? hehe), ada juga yang menjawab penuh filosofi: menentukan= belum tentu, mempengaruhi=bisa jadi (keren :D)
b)   Seperti apa sekolah ideal bagi anda? Ini kumpulan jawaban para peserta webinar:
-       Yang islami (siip..!)
-       Yang meninggikan gunung
-       Yang tidak banyak PR dan tugas (hehe.)
-       Yang menyenangkan dan membangkitkan gairah belajar anak
-       Yang banyak liburnya..(asyik..!)
-       Yang mengembangkan potensi, menemukan bakat dan memupuk bakat anak
-       Yang melahirkan pribadi cemerlang
-       Guru dan kepsek bersikap terbuka pada ortu , mau menerima saran, kritik, bersama-sama membangun anak(>.< beraat..)
c)     Sulitkah mencari sekolah ideal anda saat ini ? ternyata jawabannya rata-rata suliiiit….
Nah, sekarang yuk fikirkan..kenapa ya kalau dulu kriteria untuk memasukkan anak ke sekolah pertimbangannya hanya lokasi, syukur-syukur kenal dengan guru atau kepseknyaJ. Jika ini kriterianya, tentu tidak akan sulit bukan bagi kita dan anak untuk segera menentukan pilihan..karena kriteria yang terlalu ringkas, atau karena kriteria yang terlalu ringan untuk dimasa sekarang??
Saya fikir lokasi memang penting, karena biasanya orangtua lebih memilih sekolah yang dekat dengan rumah. Bisa juga karena alasan hemat biaya dan bisa mudah dkontrol orangtua (bagi anak TK dan SD). Jadi criteria ini masih cocok untuk dimasukkan menjadi kriteria ideal bagi saya (yang punya anak usia TK), tetapi belum tentu anda. Mengapa? Jawabannya, karena yang mengetahui tumbuh kembang, gaya belajar dan karakter anak adalah anda, orangtuanya, bukan yang lain. Belum lagi faktor usia dan kematangan emosional para orangtua dan anak juga bisa mempengaruhi pertimbangan merumuskan kriteria ideal sekolah yang diidamkan. Hal ini yang mempengaruhi naiknya harapan orangtua jaman sekarang dan kualifikasi anak-anak jaman sekarang yang turut naik begitu tajam sedangkan sekolah sudah tidak mampu lagi memenuhi semua harapan tersebut.
Nah, agar proses memilih sekolah bisa menjadi sarana belajar ananda dan para orangtua maka sebaiknya sebelum memilih sekolah, belajarlah bersama ananda tentang prinsip dasar dalam memilih sekolah.
 Apa saja prinsip dasar memilih sekolah itu?
  • Menuntut ilmu adalah yang utama. Sekolah adalah salah satu tempat menuntut ilmu. (Tetapi bukan satu-satunya)
  • Sekolah terbaik adalah sekolah yang cocok dengan tumbuh kembang anak. (Berarti ada sekolah yang cocok dengan 1 anak, tetapi belum tentu cocok dengan anak lainnya)
  • Mengirimkan anak ke sekolah bukan berarti melepaskan tanggung jawab pendidikan orangtua.(Maksudnya bukan berarti setelah kita pasrahkan  anak kesekolah, maka tanggung jawab orangtua selesai dalam mendidik anak)
 PAMALI (Pantangan)
ini adalah pantangan bagi orangtua dalam memilih sekolah untuk anak, baca ya..:
  1. Mengirimkan anak ke sekolah untuk kepentingan orangtua semata, antara lain:
  • karena gengsi (ah, si B aja mampu sekolahkan anaknya disana, kenapa kita ngga),
  • tidak mau repot (serahkan saja pada guru),
  • agar ortu bebas beraktivitas (huff…akhirnyaaa….saya bisa berorganisasi, bisa ngambil S2 juga, bisa jualan bantu suami dan lain-lain)]
Hayo parents….ingat..selalu dan selalu yang menjadi pertimbangan utama dalam memilih sekolah adalah ANAK ya..karena ananda yang menjadi subyek kegiatan disini.
2. Mengesankan sekolah sebagai tempat ‘pembuangan’ anak [anak nakal, taro aja disekolah, ortu ga mau repot] ini yang tadi sempat disinggung di awal, bahwa jangan sampai anak menangkap kesan dari para orangtua, bahwa dirinya dimasukkan ke sekolah ini hanya untuk di buang, maksudnya tanggung jawab pendidikan orangtua selesai hanya karena anak dikirim ke sekolah. Karena akibatnya bisa fatal. Astagfirullah..
 Bagaimana orang tua memandu anak untuk memilih sekolah ?
  • Untuk apa sekolah itu? Mari tetapkan tujuan ananda masuk sekolah itu untuk apa sajakah?
Misal masuk TK: adalah untuk mengembangkan komunikasi ananda dengan teman sebaya, untuk belajar dengan ceria, dll.
  1. Diskusikan ingin belajar apa disekolah (semua berbicara Bapak-Ibu-Anak, satu persatu mengungkapkan keinginan dan harapannya pada ananda) Ingin bisa apa ananda? Ingin belajar apa?Ingin belajar olahraga, ingin belajar menggambar dll
  2. Membicarakan apa saja yang bisa dipelajari disekolah dan apa saja yang bisa menjadi sarana belajar. Pastikan anak tahu dan paham bahwa sekolah bukan hanya ruang kelas saja.
  3. Ajak anak memutuskan dengan mengajak ngobrol ananda, contoh:
-jadi, mau sekolah apa tidak?
-sekarang atau kapan ?
-Dorong ananda menjadi PJ proses pemilihan sekolah (Siapa yang bertanggung jawab: subjek sekolah itu, yaitu anak kita). Karena anak yang menjadi PJ, maka setiap langkah adalah untuk pembelajaran bagi diri ananda.
Yuk mulai memilih sekolah bersama ananda tercinta, langkah-langkahnya sebagai berikut ^_^:
1.   Menetapkan Kriteria Sekolah IdamanKu
       (Ku disini maksudnya anak yaa…:-)
  • Langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk menetapkan criteria sekolah idaman untuk anak kita, ini dia langkahnya:
        a. Brainstroming Kriteria calon sekolah Idamannya seperti apa.
Disini biarkan anak menuliskan apapun bentuk criteria sekolah idamannya ya parents. Gali saja sedalam-dalamnya bayangan/imajinasi anak tentang sekolah idamannya seperti apa. Tanya anak, dan usahakan tidak perlu dibahas. Anak yang belum bisa menulis, orangtualah yang menuliskan. Jika anak senang menggambar, ajaklah ia menggambar sekolah yang disenanginya seperti apa.
        b. Kelompokkan dan buat skala prioritas bersama.
Maksudnya agar bisa menjadi acuan dalam memilih sekolah, maka buatlah bersama-sama criteria sekolah yang memiliki skala prioritas yang sangat penting (mesti ada), kriteria yang masih bisa ditolerir (tidak apa-apa tidak ada karena masih bisa diganti dengan aktivitas lain), dan yang harus diingat criteria ini tidak semua harus criteria ideal. Yang sederhana dan mudah akan menjadi bagian ananda dan yang lebih sulit akan menjadi bagian orangtua.
  • Contoh list dalam memilih sekolah: Halaman luas menjadi criteria mesti ada untuk anak yang tidak bisa duduk diam ditempat, mainan di halaman sedikit tidak apa-apa, malah bisa membuat anak kreatif mencipta sendiri dengan permainan sondahmandah, engklek, kasti dan sebagainya (jadi masih bisa ditolerir). Contoh list penting lainnya yang saklek harus ditanya dan dikunjungi adalah ada tidak adanya PR, durasi bersekolah, adanya program akselerasi/tidak, rasio siswa dan fasilitator, jarak dari rumah ke sekolah, tipe dan kehangatan guru, kenyamanan anak, porsi bermain diluar dibandingkan diruang kelas, dan lain sebagainya. Inilah pentingnya criteria memilih sekolah idaman, karena bagaimanapun juga kita akan sering bermain di criteria jika sampai dilapangan sesungguhnya.
Peran Orang Tua
  • Bertindaklah sebagai fasilitator yang baik. Caranya: ajak anak untuk bertanya apa saja criteria idaman sekolahnya. Jika masih sulit berikan pilihan untuk ananda. Misal: Dek, suka sekolah yang ada halamannya atau tidak ada halaman? Suka yang banyak mainan atau tidak banyak mainan? Yang wc nya bersih atau tidak? Dll sebagainya. Tidak mudah memang, karena rata-rata para orang tua jaman kita adalah produk yang dilatih sejak kecil untuk menjawab bukan untuk bertanya. Karena itu latihlah anak dalam rangka mengembangkan struktur berfikirnya.
  • Sampai disini sebenarnya terlihat bahwa pembuatan list ini sangat melatih anak dalam mengembangkan kemampuan struktur berfikirnya (Maksudnya anak yang terbiasa dilatih untuk bertanya, lambat laun akan terlatih aktif mencari sendiri jawaban-jawaban dari informasi yang diterimanya). Anak dilatih untuk bertanya, karena dengan bertanya berarti anak berfikir. Bukankah ketrampilan bertanya sudah separuh dari jawaban?
  • Kriteria upayakan muncul dari gagasan ananda. Tugas orangtua adalah melengkapinya. (orangtua sebaiknya sudah punya rumusannya tetapi lihat secara cermat, gali yang ada dibenak anak kita tentang criteria idaman sekolahnya)
  • Jaga agar tetap sederhana dan mudah bagi ananda. Sesuaikan dengan usianya. Misal; Bagian kurikulum bagian ortu, anak hanya dipesankan untuk melihat point2 listnya yang sesuai usianya, lihat halamannya ya dek, lihat mainannya dek, lihat guru2nya dek..dll.
  • Jaga agar suasana tetap menyenangkan dan penuh semangat. Anak-anak tidak merasa terbebani [koq repot banget baru milih sekolah aja]. Tanamkan bahwa menuntut ilmu itu mengasyikkan. Ingatlah ini adalah proses putra/i kita belajar menentukan pilihan, jadi upayakan untuk mengasyikkan..:-)
       2.   Menyusun Alternatif Calon SekolahKu
  • Tuliskan nama sekolah yang diperkirakan sesuai dengan criteria
  • Mintalah referensi dari sahabat/ teman namun jangan terburu-buru memberi penilaian
  • Bila dipandang cocok untuk ananda, HS bisa menjadi pilihan (dengan catatan jangan menjadi pelarian karena anak tidak mau sekolah). Tidak dalam rangka melarikan diri tetapi untuk mengejar hal yang lebih baik lagi.
  • Tetap libatkan ananda dalam pengumpulan informasi dan referensi.
       3.   Mencari Informasi Calon SekolahKu
       Bagaimana caranya?
  • Bertanya kepada yang memiliki pengalaman dengan sekolah tersebut bukan hanya yang sekedar ‘dengar-dengar’. Maksudnya bertanyalah pada mereka yang benar-benar pernah terlibat disana, misalkan yang pernah menyekolahkan anaknya disekolah itu, pernah mengajar disitu, dan lain-lain.
  • Lihat website, blog, brosur dan sarana promosi yang disiapkan sekolah.
  • Kunjungi pameran/open house.
  • Ikuti ‘trial class’ bila ada.
       4.   Mengunjungi Calon SekolahKu
  • Website, brosur, trial class dll seringkali lebih indah ‘dari warna aslinya’. Siapapun tahu hal ini kan?:-)
  • Kunjungan memungkinkan anda menangkap ‘the unspoken words’. Kunjungan akan mendapatkan jutaan makna, dan aura sekolah akan terlihat jelas.
  • Kunjungan memungkinkan anda dan ananda mendapatkan detil pengamatan. Contoh: dalam brosur terlihat foto mainan terlihat sangat bagus dan bersih, saat kunjungan terlihat mainan memang bagus, tetapi ternyata tidak cukup aman, bau catnya tajam (menandakan memakai cat yang tidak aman bagi anak-anak) dan ujungnya lancip-lancip.
      Persiapan kunjungan:
  • Buatlah janji dengan pihak sekolah
  • Siapkan checklist dan daftar pertanyaan (untuk ananda dan orangtua)
  • Open your mind and open your heart (tutup prasangka biarkan pemikiran kita terbuka terhadap segala kemungkinan.
       Pastikan Saat kunjungan:
  • Anda menyaksikan proses pembelajaran
  • Mengecek sarana dan prasarana
  • Ngobrol dengan calon guru kelas ananda/ guru-guru lain yang mengajar
  • Checklist anda terjawab satu demi satu
  • Bila perlu lakukan kunjungan dadakan: untuk melihat kedua kalinya dan untuk klarifikasi
      5.   Rapat Pleno Keluarga
  • Diskusikan bersama ananda hasil pengamatan (bagi anak TK/SD sebaiknya setiap  selesai kunjungan langsung dibahas. Tidak ditumpuk-tumpuk menunggu kunjungan berikutnya kesekolah lain misalnya, karena direntang usia ini belum cukup mampu menyimpan berbagai informasi)
  • Berikan alternatif pillihan sekolah, pastikan jumlahnya lebih dari satu (dua atau lebih)
  • PJ yang menntukan sekolah adalah anak.
       6.   Memutuskan “Inilah SekolahKu”
  • Tibalah waktunya untuk menentukan sekolah mana yang dipilih oleh anak kita. Ingatlah yang manapun pilihan ananda, jawaban anda sebagai orangtuanya adalah pasti SETUJU (bukankah sudah terseleksi dengan ketat?) Hal ini akan membantu anak untuk berani mengambil keputusan dimasa datang. Ingat juga recovery akibat penolakan keputusan yang telah susah payah diputuskan oleh anak tidak akan gampang...
  • Ingatkan kembali mengenai”untuk apa sekolah” dan mintalah komitmen ananda (semacam MOU)
        7.   Rencana Cadangan (Back up Plain)
  • Mengantisipasi hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana dan harapan
  • Mengelola emosi dan harapan anak (jangan sampai sudah mengambil keputusan tapi tidak bisa dilaksanakan).

Remember
  • Dimulai dari kemauan dan kemampuan orangtualah untuk memberikan kepercayaan kepada ananda untuk memilih sekolahnya sendiri
  • Tidak setiap keputusan akan berjalan seperti yang difikirkan/dibayangkan
  • Justru itulah waktu yang sangat tepat untuk ananda belajar tahap berikutnya yaitu belajar tentang ‘konsistensi’ dan ‘perjuangan’.
  • Setiap langkah dalam aktivitas kita adalah proses belajar. Sehingga kalau dipelajari/dipahami, maka kita akan merasakan keindahan sebagai orangtua. Jadi jika para orangtua tidak dalam proses belajar maka kedudukan kita adalah dalam proses mengajar.
  • Apakah sebenarnya yang kita pelajari bersama di webinar kali ini? Sebenarnya kita sedang melatih anak untuk belajar tahapan berfikir ilmiah (belajar struktur berfikir yaitu anak dilatih untuk belajar bertanya). Hingga kedepan anak tidak hanya menghafal tetapi juga mengerti, mau mencari dan melakukan serta bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya. Hingga anak belajar tentang konsistensi dan mengerti setiap hal adalah perjuangan untuk mendapatkan segala sesuatu.
  • Maka anak kita akan bilang “mommy..mommy..dont teach me I love t learn”.
Demikian resume webinar ke 5 kali ini..semoga bermanfaat bagi yang telah menyelenggarakan, memaparkannya (narasumber), yang menghadiri kelasnya (para peserta webinar), dan tentu saja juga bagi yang baru saja membaca resumenya ^_^
Mohon maaf apabila ada kekhilafan, kesalahan penulisan, ejaan, dan salah tangkap isi materi saat saya menuliskan resume ini. Mohon kritik dan sarannya. Terima kasih…mampir juga ya di blog sederhana saya untuk melihat resume lainnya…di  http://yeni-bundasykhaa.blogspot.com  ^_^

Salam Hangat,
Yeni Bunda Sykhaa 

2 komentar:

kunci mengatakan...

bagus sekali

Helenamantra mengatakan...

terima kasih ya informasinya. Saya butuh panduan mencari sekolah yang tepat untuk anak

Posting Komentar