CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 23 Juni 2012

Makna Cerdas Sesungguhnya


Selama ini terdapat mitos bahwa orang yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) tinggi pasti akan sukses dan memiliki masa depan cerah. Sedangkan bagi orang yang memiliki IQ biasa-biasa saja apalagi rendah maka akan susah hidupnya, masa depan suram. Mitos ini diperkuat oleh fakta bahwa biasanya mahasiswa yang memiliki IQ tinggi akan menduduki rangking tinggi sekaligus prestasi akademis yang bagus. Begitu pula dalam dunia kerja,  mereka akan memperoleh pekerjaan yang menjanjikan selepas  dari perguruan tinggi.  Terlebih lagi banyak  perusahaan-perusaan besar yang bekerjasama dengan perguruan tinggi terkemuka untuk merekrut para lulusan terbaiknya. Mata rantai inilah yang kemudian memperkuat persepsi dan citra di kalangan masyarakat luas bahwa orang yang ber-IQ tinggi akan memiliki masa depan cemerlang.
Kecerdasan intelektual (IQ) ditemukan pertama kali oleh Alfred Binet, seorang psikolog  di Paris pada tahun 1905. Dia mengembangkan tes IQ untuk pertama kalinya. Dalam tes IQ, orang yang mendapat angka di bawah 50 berarti dia bodoh. Jika skornya 90 -110 berarti kecerdasannya normal seperti yang dimiliki oleh 48% penduduk seluruh dunia. Sedangkan orang yang mempunyai IQ di atas 140 termasuk jenis manusia genius. Kecerdasan intelektual mengungkap kemampuan seseorang dalam logika-matematika, spasial-visual dan verbal. Masih eksisnya tes ini hingga sekarang adalah karena sederhananya tes ini untuk dilaksanakan. Selain itu memang terdapat korelasi positif antar nilai tes IQ dengan tingkat keberhasilan melaksanakan studi di sekolah maupun perguruan tinggi.
Beberapa waktu kemudian Daniel Goleman meruntuhkan mitos tersebut dengan ditemukannya teori Kecerdasan Emotional (EQ) pada tahun 1995. Melalui buku Emmotional Intellegence, Goleman telah berhasil mengubah paradigma masyarakat dunia yang selama ini mendewa-dewakan IQ. Berdasarkan survey dan riset yang telah dilakukannya terhadap orang-orang sukses di dunia (Emotion Quotion Inventory),  didapatkan fakta bahwa IQ hanya menyumbang 20 % terhadap kesuksesan seseorang. Sementara 80 % disumbangkan oleh faktor-faktor kecerdasan yang lain.
Kecerdasan Emosional (EQ) adalah adalah kecerdasan seseorang untuk dapat memahami diri sendiri dan orang lain dengan baik, kemudian menggunakan pemahaman tersebut untuk membuat tindakan strategis. Orang yang cerdas secara emosi, akan mengetahui kondisi dirinya sendiri dengan baik. Dia paham potensi, minat, bakat, kekuatan dan kelemahan dirinya. Dia juga dapat mengendalikan emosi dirinya, luwes dan terbuka dalam menghadapi perubahan. Disamping dapat mengenal dan menguasai dirinya dengan baik, orang yang cerdas secara emosi juga dapat memahami orang lain dengan baik pula. Dia memiliki kecakapan sosial yang bagus. Dapat mengetahui dan merasakan perasaan dan kebutuhan orang lain. Dengan pemahaman tersebut menyebabkan dia dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain secara baik pula.
Orang yang ber-EQ bagus biasanya adalah seorang yang memiliki kepribadian menarik, ramah, sopan, santun, dan mampu merebut perhatian serta simpati orang-orang disekitarnya. Kepribadian seperti inilah yang menyebabkan dia dapat sukses dimanapun berada. Entah sebagai karyawan, aktifis sosial, ataupun anggota masyarakat biasa. Akan tetapi amat disayangkan jika kecerdasan emosional tersebut dilakukan tanpa diiringi keikhlasan, hanya sebagai topeng untuk merebut ambisi pribadi. Jika kita melihat fenomena saat ini, banyak penjahat berkerah putih ataupun koruptor yang terlihat sangat baik dan simpatik. Dia tidak terlihat seperti penjahat, dia terlihat sebagai orang baik-baik. Siapa yang menyangka bahwa orang yang begitu baik, sopan, santun, dan simpatik ternyata adalah seorang penjahat kelas kakap. Mereka mempraktekan ilmu kecerdasan emosional untuk merebut simpati orang-orang disekitarnya. Tetapi mereka menyalahgunakan kecerdasan emosional tersebut untuk meraih ambisinya dan merugikan orang lain.
Oleh karena itu, masih dibutuhkan satu kecerdasan lagi untuk membuat hidup ini lebih bermakna, yaitu kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan alam semesta. Sementara itu, kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas, sang pencipta alam semesta.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan membuat hidupnya lebih bermakna, lebih berarti baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Dia akan menjadi bijak, melihat persoalan dari dua sisi, yaitu sisi dunia dan sisi akhirat. Kecerdasan spiritual menyebabkan seseorang mempunyai kontrol yang baik, merasa dirinya selalu diawasi, meyakini bahwa setiap amal dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Hal ini menyebabkan dia dalam mengerjakan segala sesuatu selalu ikhlash, tulus dan profesional. Kecerdasan spiritual menyebabkan seseorang tidak mudah putus asa menghadapi permasalahan kehidupan dan memiliki daya tahan serta daya juang yang tinggi. Inilah alasan mengapa banyak perusahaan raksasa yang mengadakan pelatihan spiritual bagi para karyawannya.
Sosok manusia ideal adalah sosok yang dapat mensinergikan IQ, EQ, dan SQ dalam dirinya dengan baik. Sehingga bisa menjadi pribadi yang cerdas, sopan, ramah, simpatik, bijak, dan tidak mudah berputus asa. Semoga kurikulum pendidikan di Indonesia dapat mensinergikan ketiga jenis kecerdasan ini.

By : Widi Astuti 
Humas IIP Salatiga

0 komentar:

Posting Komentar